TTS (Tugas Tengah Semester)

Untuk mengambil nilai “praktek” Bahasa Indonesia di Penilaian Tengah Semester, kebetulan semester 5 ini bab kedua pelajaran Bahasa Indonesia Kelas 12 SMA membahas tentang “Novel Sejarah”
            Wait, novel, dan sejarah?
            BAGUS NIH!
            Novel sejarah itu, sama seperti novel pada umumnya, hanya yang membedakan adalah dari topik atau tema novel itu sendiri, mengangkat tema “Sejarah”.
            Sebenernya, “kata buku” ada dua macam karya yang sering digunakan untuk menceritakan sejarah. Yang pertama “Teks Sejarah”, dan yang selanjutnya “Novel Sejarah”. Tapi melihat perkembangan saat ini, mungkin remaja-remaja sekarang mulai aware dengan novel sejarah, apalagi setelah novel fenomenal karya Pramoedya Ananta Toer, “Bumi Manusia” berhasil difilmkan di bioskop. Peran para pemain seperti Iqbal Ramadhan juga menarik banget buat sebagian besar orang, karena Iqbal sebelumnya terkenal setelah memerankan Dilan (dan gue juga nonton. Hahah).
            Contoh novel sejarah, mungkin yang paling akrab di telinga adalah Tetralogi Pulau Buru Karya Pramoedya Ananta Toer. Empat buku, yang ditulis beliau pada masa pengasingan di pulau buru, tentang zaman awal kemerdekaan Indonesia. Gue masih ga nyangka, kalau perubahan zaman bisa bikin perlakuan buku itu beda. Kalau kata kakak kelas atau om dan paman gue, waktu mereka SMA mau baca karya Pram itu harus diem-diem. Sedangkan kontras banget dengan zaman sekarang yang sudah di filmkan di seluruh bioskop. Walaupun filmnya dapat rating 17+, tapi menurut gue pemfilman Bumi Manusia merupakan satu pencapaian buat perkembangan sastra di Indonesia.
            Eits, tapi gue gabakal bahas Bumi manusia atau tetralogi pulau buru (walau nanti bakal gue bahas juga suatu waktu). Tapi yang mau dibahas itu “Tugas Praktek Bahasa Indonesia”nya.
            Jadi, setelah semua materi selesai disampaikan, tugas yang diberikan adalah untuk membaca dan membuat resensi dari novel. Novel yang dibaca, minimal 300 halaman (atau kurang lebih 20.000 kata). Dan kami diberi waktu satu bulan buat menyelesaikan tugas itu, yaitu tanggal 22 Oktober nanti (7 hari lagi, dong  ._.)
            Asik banget nih. 5 buku sebulan. Pas banget kalo dijadiin 1 buku 1 minggu. Yang kece lagi, gue berhasil ngeyakinin orang tua buat nambahin modal untuk beli novel baru. Karena di rumah kebanyakan adanya biografi tokoh, dan gue gak yakin kalau guru Bahasa Indonesia menerima resensi buku biografi, Jadilah gue nambah koleksi lagi, yaitu buku Le Petit Prince karya Antoine de Saint Exupery, dan bukunya Eka Kurniawan Seperti Dendam, Rindu harus Dibayar tuntas. Lalu untuk sisa 3 bukunya, gue minjem dari perpus sekolah ataupun barter buku ke teman
            See? Buat mulai membaca, lo ga harus nunggu punya uang buat beli buku. Kebayang kan kalau beli novel terus, sedangkan kisaran harga novel novel sekarang di harga 50.000 keatas (kalau ga diskon, ya). Menurut gue lo juga bisa manfaatin sumber lain. Seperti minjem ke temen atau ke perpustakaan sekolah. Dengan minjem ke temen, lo punya temen buat diajak diskusi masalah buku yang lo pinjem. Tentu seru buat ngebahas makna buku bareng. Gue juga kadang ketika berdiskusi, sering ribut karena gamau ngalah atas makna yang bener dari buku yang kita bahas. Sering juga temen gue nunjuk bagian yang kurang gue ngerti, atau ngasih tau makna yang sebelumnya bahkan gue tau. Diskusi buku tentu bisa nambah wawasan dibanding kalo lo cuma baca buku sendirian, terus bukunya ditaruh lagi
            Selain itu juga, lo bisa minjem ke perpustakaan sekolah. FYI, barusan hari kamis kemarin gue baru tamat baca tetralogi pulau buruh, buku keempat “Rumah Kaca” tanpa modal sepeser pun (kecuali modal ngopi dan cemilannya ya. Haha). Soalnya di perpustakaan sekolah gue, di rak buku sastra di pajang tetraloginya buku ke satu sampai tiga. Jadinya, gue mulai minjem di perpustakaan dengan rentang pengembalian satu minggu. Kalau satu minggu belum selesai, bisa mengajukan penambahan “billing” nanti ditambah 1 minggu lagi. Dan buku keempatnya gue minjem dari temen gue
            Dengan minjem ke perpus, gue jadi terpacu buat ngabisin satu buku dalam satu minggu. Ini juga lebih karena takut sama bapak penjaga perpus, sih. Karena kalau telat ngembaliin bisa kena denda (tapi gue gapernah kena. Hahaha). Kalau di satu titik gue merasa jenuh sama novelnya, walau belum seminggu ya gue balikin. Gapapa, yang penting gue udah baca.
            Nah. Tugas ini juga ada hubungannya dengan bukanbukuaku. Dari 5 novel yang udah gue baca, itu bakal jadi pembuka resensi-resensi buku yang bakal gue update di blog ini. Berikut bakal gue list novel apa yang bakal kedepannya gue review berikut beserta summary singkatnya

1. Negeri 1001 Malam. Buku pertama yang gue pinjem saat diberi tugas adalah buku ini, terbitan Elex Media Computindo dari terjemahan E.Dixon yang dicetak di Cambridge tahun 1893 (tua banget, ya :’). Dari dulu gue belum sempet baca cerita arabian nights (karena bukunya tebel ;( ), dan menurut gue ini cocok kalo lo demen kisah kisah klasik atau dongeng fantasi. Seinget gue, dulu gue pernah liat kisah 1001 malam yang lebih tebel dari yang gue pinjem, tapi gue baru baca terjemahan Elex ini. Mungkin di lain waktu bakal gue cari lagi

2. Le Petit Prince. Buku kecil ini, termasuk ke dalam kategori buku anak-anak. Hampir setengah dari bukunya juga diisi sama ilustrasi dari penggalan ceritanya, Tetapi, siapa yg nyangka kalo “buku anak-anak” ini adalah salah satu buku yang paling banyak diterjemahkan ke berbagai bahasa? Gw baru ngerasa feel dari buku kecil ini, yang isinya menurut gue justru bukan buat anak-anak tapi malah banyak banget renungan buat orang dewasa. Buku yang sangat sangat menarik buat dibahas

3. Rumah Kaca. Entry penghabisan dari tetralogi pulau buru. Masih melanjutkan cerita dari Minke, tapi dengan peralihan sudut pandang melalui seseorang bernama “Pangemanann” dengan dua n (serius dibukunya ditulis begitu, Haha). Buku ini gue rasa lebih menguras tenaga buat ngebaca nya dibanding buku buku sebelumnya, karena kebanyakan berpapasan dengan nilai riil dan mengupas seluk beluk upaya kolonialisme di Hindia Belanda. Nilai-nilai yang bisa diambil banyak banget, dan gue sedikit-sedikit paham kenapa dulu Belanda bisa menjajahkan kaki lama banget di bumi Hindia. Harus banget dibaca, sebagai sampingan pelajaran sejarah di sekolah

4. Seperti Dendam, Rindu Harus di Bayar Tuntas. Buat yang udah pernah baca bukunya, kalian pasti tau “Isi” nya gimana. Sayangnya gue juga udah baca sampai habis :(. Nanti lain waktu bakal gue bahas tentang buku ini

5. Dunia Sophie. Dengan tagline dan advertisement yang bilang kalau buku ini “pengantar pengajaran filsafat”, gue berhasil dapet pinjem dari temen gue (Makasih ajiiie). Katanya membahas sejarah filsafat dengan mudah, dan yah, bukunya tebel 700 halaman lebih sedangkan tugas gue beserta review harus selesai tanggal 22 dan gue baru baca 30 halaman. Tapi, gue tertarik dengan premise dan prolog awal buku ini yang bertanya tentang “Siapa kamu?”, maksudnya siapa diri kita? Makanya gue percaya kalo buku ini bisa gue selesain tepat waktu.

            Yaps, itu dia. Novel novel yg di list diatas, reviewnya bakal gue post di sini. Jadi tunggu kelanjutannya ya walaupun nanti gue ga urut nge post nya
            Oya. Tadinya gue pengen baca ulang buku “Semua Ikan di Langit”. Karena bukunya lagi dipinjem, jadinya gue malah minjem ke temen gue buku Dunia Sophie deh. Hahaha. Gue saranin coba cari buku itu di google, karena menurut gue reccomended banget bukunya.
            Udah, deh, ya. Sampai bertemu di review buku pertama nanti.

Komentar

Postingan populer dari blog ini

Bahaya

Mempertanyakan Yang Lewat di Depan mata

Lebih dari Membaca